Dua Satu November
Langit, mengingatmu dalam ingatan yang remang-remang
Pada November yang hujannya teramat lokal
Merupa badai yang membanjiri padi-padi yang dijemur pada terik siang
Merupa jarumjarum yang memantul-mantul pada telapak tanganku
Novembermu memberkahi jutaan petani dan jutaan harapan
Sudut hati mengharap kau selalu menikmati hidupmu
Hidup yang dipuja dicaci dimodifikasi dilestarikan dibincangkan
Seusai menyeruput kopi dan membacai buku kehidupan
Langit, tak kuucapkan lagi selamat ulang tahun pada dua satu novembermu
Melangitkanmu di tanah suci mempuisikanmu satu dua tahun lalu
Kusembunyikan rapat-rapat hingga tak kuingat pernah seserius itu memperjuangkanmu
Yang selalu ingat aku melebihi putri malu di pekarangan yang tidak terawat
Manatapmu yang berkaos merah jambu pipiku merona
Lidahku kelu nafasku melafadzkan doadoa
Langit, selalu berkah pada hidupmu yang teramat asyik kupandangi dari kejauhan