Prihatin dengan Sawah yang tidak Ditumbuhi Padi, Sukarni di Rawaapu Canangkan Sekolah Senja

Sukarni (40), perempuan dari Desa Rawaapu, Patimuan, Cilacap. Hidupnya banyak dihabiskan di luar desanya. Lima belas tahun di Yogyaarta, tiga setengah tahun di Maluku Utara, dan pernah bolak-balik Banyumas dan Cilacap pada akhir 2014 hingga akhir 2019.

Sebagai petualang, dia menulis hasil amatan melalui media sosial dan website pribadinya. Pada 2024, dia berkeliling Rawaapu hingga Sidareja di Cilacap untuk riset ekonomi dan pertanian. Dia jualan selada, pokcoy, sawi, lanting, marning, donat, baju ‘Gadis Selada’, dan segala hal yang bisa menjadi bahan risetnya. Sembari riset, hobi kulinernya melahirkan aneka inspirasi untuk pengembangan ekonomi yang lebih luas, bukan lagi skala pribadi, tapi skala kawasan.

Gadis lulusan Universitas Negeri Yogyakarta ini memiliki mimpi jajan sepuasnya pada Festival Jumat Berkah (FJB) di Cilacap bagian barat. Prediksinya, tempat FJB bukan di desanya, Rawaapu mengingat desanya paling ujung, yaitu berbatasan dengan Desa Kalipucang (Kabupaten Pangandaran) di Jawa Barat.

Sebelum FJB maujud, dia memikirkan hasil observasinya, yaitu sawah yang tidak ditumbuhi padi. Sawahnya sendiri di Dusun CIkadam, Rawaapu ditumbuhi rumput tatah iwak yang daunnya pahit dan rumput lancuran. Dia bersyukur, sawah belum ditumbuhi prepetan.

Sukarni yang punya mimpi membuat Museum Sutarno Agung Pribadi di kompleks rumahnya ini merencanakan Sekolah Senja (SS). Sekolah dengan metode dopokan (diskusi) ini merupakan wadah belajar bagi orang yang memiliki sawah yang tidak ditumbuhi padi.

Sukarni saat ini mengelola grup whatsapp Sekolah Senja. Jika ada yang tertarik join, hubungi 0812 3082 7253.